Latest Stories

Demi merealisasikan persatuan Islam di Iran, Imam Khomeini ra memberikan pencerahan kepada masyarakat dan menjelaskan tujuan kaum imperialis Barat dan Timur. Dengan menghidupkan kembali ajaran-ajaran Islam dan memperdalam budaya dan rasa percaya diri masyarakat, Imam Khomeini ra berhasil memperkokoh prinsip-prinsip persatuan di Iran


Nabi Muhammad Saw selama 23 tahun mengajak masyarakat memeluk Islam telah mengalami segala bentuk kesulitan dan kesusahan. Selama di Madinah khususnya, di masa beliau membentuk pemerintahan Islam, telah banyak usaha dilakukan demi mengharmonisasikan dan menciptakan solidaritas umat Islam. Sejatinya, langkah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw ini juga berdasarkan perintah Allah Swt. Sebagaimana telah disinggung dalam banyak ayat tentang pentingnya persatuan umat Islam. Akhirnya, berkat usaha keras yang tak kenal lelah, Rasulullah Saw berhasil memberikan nikmat solidaritas dan persatuan Islam kepada masyarakat Islam waktu itu.

Pasca wafatnya Rasulullah Saw, mulai muncul perselisihan terkait suksesi kepemimpinan. Sekelompok umat Islam percaya bahwa pemilihan khalifah harus dilakukan dengan suara rakyat atau perwakilan mereka. Sementara sekelompok lain meyakini masalah sepenting ini harus memperhatikan perintah Allah dan Rasul-Nya. Karena Rasulullah Saw dalam banyak peristiwa, seperti Ghadir Khum, beliau telah menunjuk Imam Ali bin Abu Thalib sebagai penggantinya. Sekalipun Imam Ali as tidak menjadi khalifah pada masa meninggalnya Rasul, namun kinerja yang ditunjukkan beliau menunjukkan masalah persatuan Islam dan sejumlah masalah lainnya bahkan lebih penting dari masalah kekuasaan yang menjadi haknya.

Sekaitan dengan hal ini, Imam Ali as bukan hanya tidak meletakkan dirinya berhadap-hadapan dengan khalifah yang berkuasa, tapi dalam kasus-kasus penting, para khalifah yang meminta tuntunan dan solusi dari beliau. Imam Ali as menilai penting dan sangat bernilai persatuan umat Islam. Dikatakannya, "Hendaknya kalian senantiasa bersama masyarakat Islam. Karena kekuasaan Allah selalu bersama jamaah. Janganlah berselisih! Karena kelompok kecil bakal menjadi santapan setan. Sama seperti kambing yang terpisah dari kelompoknya bakal diterkam serigala."

Dalam sejarah Islam, perselisihan mazhab senantiasa dimanfaatkan oleh musuh untuk menguasai umat Islam. Oleh karenanya, Imam Ali as menunjukkan kepada umat Islam agar berusaha sebisa mungkin untuk meninggalkan perselisihan di tengah masyarakat Islam. Perilaku Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw menjadi pelita bagi kita bagaimana sekalipun punya perbedaan cara pandang terkait satu masalah dengan para ulama waktu, tapi mereka selalu berusaha perselisihan ini hanya terbatas di lingkungan ilmiah, agar perselisihan tidak meluas ke tengah masyarakat Islam. Sepanjang sejarah Islam, kebanyakan metode yang dipakai oleh ulama tercerahkan adalah menjauhkan diri dari perselisihan dan mengajak umat agar bersatu.

Patut disayangkan selama dua abad lalu, para pemimpin negara-negara Islam yang berkuasa merupakan boneka para kekuatan imperialis. Selama ini pula, ulama tercerahkan seperti Sayyid Jamaluddin Asad Abadi yang dikenal Sayyid Jamaluddin Afghani menyeru masyarakat Islam untuk bersatu, namun yang terjadi mereka malah diancam dan ditumpas oleh para penguasa. Bila ditelusuri masalahnya sederhana saja. Imperialisme Barat berusaha menjarah kekayaan negara-negara Islam menabuh genderang perselisihan di tengah-tengah masyarakat Islam. Mereka juga mempublikasikan buku-buku dan majalah untuk menciptakan perselisihan di dunia Islam.

Kekuatan-kekuatan hegemoni biasanya menekankan keutamaan satu etnis tertentu dan perselisihan agama demi mengobarkan api kebencian di antara mereka. Hingga sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran, imperialis Barat begitu gembira karena berhasil mengompori dunia Islam agar senantiasa tenggelam dalam perselisihan. Dengan cara ini, mereka berhasil mencegah terciptanya sebuah negara Islam. Tapi pasca Revolusi Islam, kekuatan-kekuatan hegemoni masih tetap menerapkan cara itu dengan metode baru demi menciptakan perselisihan di antara umat Islam. Sekalipun demikian, Revolusi Islam telah memberikan tenaga baru kepada umat Islam dan mampu menghadapi segala bentuk konspirasi musuh.

Imam Khomeini ra mengetahui bahwa kemenangan Revolusi Islam tidak dapat dicapai tanpa menciptakan persatuan Islam di tengah masyarakat Iran. Untuk itu Imam Khomeini berusaha mempersatukan seluruh kelompok yang ada dan mendekatkan hati mereka satu sama lainnya. Imam Khomeini ra telah memberikan persatuan nasional kepada Iran yang memiliki beragam etnis dan agama. Demi merealisasikan persatuan Islam di Iran, Imam Khomeini ra memberikan pencerahan kepada masyarakat dan menjelaskan tujuan kaum imperialis Barat dan Timur. Dengan menghidupkan kembali ajaran-ajaran Islam dan memperdalam budaya dan rasa percaya diri masyarakat, Imam Khomeini ra berhasil memperkokoh prinsip-prinsip persatuan di Iran.

Di sisi lain, rakyat Iran yang mengikuti tuntunan Imam Khomeini ra soal persatuan Islam akhirnya berhasil mengantarkan Revolusi Islam mencapai kemenangan. Ayatollah Sayyid Ali Khamenei yang kini menjadi Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran melanjutkan jalan Imam Khomeini ra. Beliau mengatakan, "Prinsip tauhid dan keyakinan akan keesaan Allah hendaknya dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat Islam baik individu maupun sosial. Prinsip ini hendaknya mampu membentuk masyarakat dalam format sebuah masyarakat yang saling berhubungan dan berkoordinasi satu dengan lainnya dan memiliki persatuan."

Tak syak, satu dari faktor kemajuan dan kesempurnaan bangsa-bangsa di dunia adalah persatuan. Sama seperti bersatunya tetesan air akhirnya mampu memenuhi bendungan. Persatuan manusia juga bakal menciptakan sinergi dan kekuatan yang luar biasa serta memperkokoh barisan masyarakat. Sesuai dengan pentakbiran al-Quran, barisan agung umat Islam menciptakan ketakutan dalam diri musuh dan selanjutnya mereka tidak bakal menyerang umat Islam.

Imam Khomeini ra dengan meniti ayat-ayat al-Quran juga punya harapan untukmembentuk sebuah umat Islam yang satu. Pendiri Revolusi Islam Iran ini lewat sebuah seruan umum mengajak para pemimpin negara-negara Islam untuk bersatu. Beliau meminta mereka untuk bersatu demi kepentingan umat Islam dan berdiri melawan para imperialis Barat dan Timur. Imam berkata, "Keyakinan kami, sebelum bangsa-bangsa ini bangkit, semestinya pemerintah-pemerintah ini tunduk dan bersahabat satu dengan lainnya."

Sayangnya kebanyakan para pemimpin negara-negara Islam yang bergantung pada kekuatan-kekuatan imperialis tidak mengambil strategi untuk mewujudkan persatuan. Akhirnya, Imam Khomeini ra tanpa mengharapkan pemerintah-pemerintah ini mengajak bangsa-bangsa muslim untuk bersatu dan membentuk pemerintahan Islam. Kepada mereka Imam mengatakan, "Bangsa-bangsa harus memikirkan tentang Islam. Kami sudah putus asa dari mayoritas kepala-kepala negara Islam. Tapi bangsa-bangsa harus berpikir dan kami belum berputus asa dari mereka."
Kini masa kebangkitan dan kesadaran Islam telah dimulai. Seakan-akan inti pemikiran Imam Khomeini ra dan Ayatollah Sayid Ali Khamenei telah sampai di hampir seluruh dunia Islam. Rakyat negara-negara Islam di Afrika Utara yang bertahun-tahun putus asa dari para penguasa zalim mereka kini mulai bersatu dengan panggilan suci Allahu Akbar. Mereka menuntut pembebasan negaranya dari negara-negara penindas dan bergantung.

Di negara-negara seperti Tunisia, Yaman, Yordania dan khususnya Mesir telah muncul gelombang kesadaran Islam di seluruh lapisan masyarakat. Dengan rasa solidaritas dan persatuan mereka bertekad untuk mengambil alih nasib bangsanya dan memerdekakan negaranya dari kekuatan asing. Dalam surat ar-Ra'd ayat 11 Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." Oleh karenanya, selama rakyat Mesir mampu mempertahankan persatuan di antara mereka dan maju melawan diktator Hosni Mubarak dengan kesadaran, mereka dapat berharap mencapai kemenangan.

Kini lingkaran persatuan umat Islam semakin kokoh dan mereka semakin dekat untuk membentuk sebuah umat Islam yang satu. Jelas, ketiadaan para penguasa zalim di negara-negara Islam bakal memberikan harapan yang lebih bagi terbentuknya persatuan Islam. Umat Islam kini hidup di masa kebangkitan dan kesadaran. Dengan meminggirkan perselisihan agama dan mengikut ajaran-ajaran agama yang tinggi dapat mendorong mereka untuk lebih memikirkan persatuan dan solidaritas Islam. Dengan demikian mereka lebih dapat berharap mampu membebaskan diri dari hegemoni kekuatan asing dan dapat menentukan nasib politiknya sendiri. 

Categories: